Selasa, 28 Juni 2011

Isro' Mi'roj

http://www.setiabudi.name/archives/514/comment-page-1http://www.setiabudi.name/archives/514/comment-page-1

Isro Mi’roj: “Sebuah Ujian Besar Keimanan”

Perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai isro mi’roj lebih sekedar wisata ruhani yang diselenggarakan oleh Alloh SWT demi menguatkan mental beliau.
Mental yang mungkin sudah jatuh ke titik nadir setelah beliau ditinggalkan wafat oleh dua orang yang sangat dicintai dan selalu mendukungnya.
Isro mi’roj adalah prosesi ujian yang sangat berat tidak hanya bagi beliau tapi juga muslimin saat itu yang baru terbentuk komunitasnya.
Bagi sebagian anggota komunitas tersebut, partisipasi mereka masih dalam taraf uji coba dan pengenalan terhadap ajaran maupun pribadi Rosululloh.
Banyak pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan tersebut.

Pelajaran pertama yang saya pahami adalah hikmah bahwa seringkali kita merasa sombong dengan kemampuan nalar dan keilmuan kita.
Di masa terjadinya peristiwa isro dimana Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Mekkah menuju Masjidil Aqso di Baitlahim hanya dalam ukuran semalam adalah sebuah hal yang mustahil.
Mustahil karena perjalanan mengenderai unta tercepat pun harus dilakukan dalam beberapa hari menempuh medan yang tidak bersahabat.
Maka dapat kita lihat bahwa Alloh SWT menunjukkan kepada kita betapa terbatasnya kemampuan akal manusia.
Terbatas dengan ilmu yang diserap serta pemahaman yang ada dalam diri setiap manusia.
Ternyata keimanan akan mendorong kita untuk lebih membuka pikiran dan memperbanyak upaya untuk terus belajar.
Keimanan membangun kesadaran bahwa diri kita memiliki banyak keterbatasan.
Sedangkan dari perjalanan mi’roj kita memperoleh kesadaran bahwa seindah apapun syurga yang dijanjikan oleh Alloh SWT, Nabi Muhammad SAW lebih memilih untuk kembali ke jalan dakwah yang penuh darah dan air mata.
Kita tidak boleh bersikap egois dengan hanya memikirkan kesenangan pribadi saja.
Padahal di luar sana banyak orang yang tersesat dalam kegelapan dan memerlukan tuntunan menuju Cahaya di atas Cahaya.
Nabi Muhammad SAW bisa saja memilih untuk tinggal di syurga tapi beliau lebih memilih kembali mengurusi ummat yang menjadi tanggung jawabnya.
Subhanalloh.. betul-betul sebuah ujian yang besar dan sedikit sekali yang mampu memahaminya.
Kita cenderung hanya menganggapnya cerita pengantar tidur dan melupakannya selama bertahun-tahun setiap kali mendengarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar