Minggu, 25 Juli 2010

Kunjungan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Az-Ziyadah Jakarta

(Ustad Kholid Sirojuddin -Pengasuh Pontren Az Ziyaadah Jakarta)

Kunjungan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Az-Ziyadah Jakarta

Ustadz Amin Tahmid adalah kakak kelas dari ustadz Yuli Saiful Bahri dan Ustadz Sirojuddin Kholid adalah ustadz pada saat mereka belajar di pondok Pesantren Darunnajah Jakarta di bawah pimpinan KH Drs Mahrus Amin pada tahun-tahun di bawah 1990. Pada saat ini mereka (Ustad Amin tahmid dan Ustad Sirojuddin Kholid) mengabdikan diri untuk membangun sebuah Pondok Pesantren Salafiyah Az Ziayadah di Jakarta dengan menerapkan sistem pendidikan TMI atau Tarbiyatul Mu’allimin Mu’allimat. Sedangkan ustadz Yuli Saiful Bahri  mengabdikan diri di Pondok pesantren Bali Bina Insani. Mereka pada bulan Desember 2009 lalu telah melakukan perjalanan silaturahmi ke pondok pesantren Bali Bina Insani membawa 47 orang. Silaturahmi tersebut diikuti oleh para dewan guru SMP Terampil Jakarta.

Pelayanan yang diberikan oleh para pengurus OSALA (Organisasi Santri La-Royba) setelah mendapatkan briefing dari pengasuh, membuat ustad Kholid dan Ustad Amin Tahmid jatuh hati kepada Bali dengan keindahannya dan kepada pondok pesantren Bali Bina Insani. Sehingga kembali mereka ke Bali dengan rombongan santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Salafiyah Az Ziyadah dengan jumlah 60 orang dari tanggal 1-3 Juli 2010. Pelayanan dengan pengaturan akomodasi seadanya berikut kamar mandinya yang mencukupi serta konsumsi yang cukup, membuat para santri salaf tersebut merasa nyaman

Kepanitiaan penyambutan dan pelayanan tamu tersebut dikomandoi oleh M Heru Setiono (santri kelas X MA) dan pada operasionalnya dihandle oleh  Mifathul Janah (santrrwati kelas XII MA). Menurut rencana mereka akan menyambung terus silaturahi ini dengan kunjungan ke situs-situs islami di Bali, karena waktu yang mepet dan persiapan mereka pada saat berkunjung kemarin hanya melakukan kunjungan wisata konvensional semata. Kata Bapak Arief Wibawa (ketua III Yayasan La-Royba yang praktisi dunia wisata) “santri La-Royba juga harus mengenal secara praktis bagaimana dunia wisata itu bekerja, santri harus mampu untuk mengatur rooming list dalam pengaturan akomodasi atau penempatan kamar tamu, kemudian bed services atau pengaturan tempat tidur, bagaimana penyambutan tamu dilakukan, pengaturan menĂº konsumsi, pengaturan kebersihan dan lain sebagainya sehingga pada satina nanti setelah lupus dari pondok pesantren tidak akan kaget apabila bekerja di dunia wisata. Artinya La-Royba juga akan mencetak praktisi wisata yang santri”. Bapak H Sutio (yang juga merupakan ketua I bidang pendidikan Yayasan La-Royba) mengatakan, betapa dunia Semarang menuntut dunia pendidikan pondok pesantren menyiapkan kadernya yang all out di seluruh aspek kegiatannya, baik di dunia pendidikan itu sendiri, di dunia perekonomian, politik, keamanan, seni dan budaya bangsa. Hal tersebutlah yang harus difikirkan oleh para pendidik di pondok pesantren secara cermat.

Pondok pesantren Az-Ziyadah yang terbiasa melakukan perjalanan wisata ruhani dalam rangka tasyakkur kelulusan ujian kelulusan para santrinya (seperti ke situs-situs makam para pejuang Islam di tanah Jawa dan Madura serta ke situs bersejarah Islam lainnya), maka pada tanggal 1-3 Juli 2010, mereka ingin mengetahui keberadaan pondok pesantren di pulau Dewata ini. Sebuah pulau yang selama ini mereka fahami sebagai pulau yang Hindu, akan tetapi setelah diberikan pemahaman oleh Ustadz Amin Tahmid dan Ustad Sirojuddin Kholid, pemahaman tersebut mulai semakin sempurna sebagaimana keadaan sebenarnya di pulau Bali ini. Mereka menyatakan ketakjuban yang luar biasa dan salut atas perjuangan dan rasa persatuan toleransi (yang kita biasa sebut dengan semangat menyama braya). Tiga hari dua malam mereka bersitirahat menikmati persaudaraan ke-Bali-an dengan para santri pondok pesantren bali Bina Insani yang diwakili oleh para pengurus organisasi santrinya dan uamt di Bali, baik di Tanah Lot, Sangeh, Bedugul, Pasar Sukawati, pantai Sanur dan pantai Kuta. Keelokan Bali yang sangat eksotis, membuat mereka ingin kembali lagi di tahun depan dengan tujuan kunjungan yang lebih sempurna, yaitu situs-situs Islam berikut situs wisata konvensional lainnya.

(Dyah Maya Sitha kelas XII MA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar