Pegayaman, masih inget kan ma narasiku ttg pegayaman di edisi atu? pastinya lah ...
ya, pegayaman sebuah desa muslim asli keturunan, sekarang si jumlah penduduknya -+ 900 KK artinya totalnya -+ 6.000 an umat. sekarang sudah campur aduk darahnya, ada yang berdarah jawa, ada yang berdarah lombok, ada yang berdarah sulawesi, ada yang berdarah sumatera.
pekerjaan adalah petani, buruh tani, guru, tukang kayu, peternak, dan sebenarnya mereka cukup fanatik. akhir era 1960an, para orang dewasanya masih terbiasa bivcara dengan bahasa arab pasaran, sambil ngupi pagi n dendeng sapinya.
nyruput kopi asli pegayaman itu paling nikmat kalo diminum serbuk plus air puanasnya lalu kita nggado sisitan gula arennya. nas gitel pokoknya ... puanas legi lan kentel
budaya Bali yang diakulturasi juga merona dalam kehidupan masyarakat pegayaman, ada burdah yang berpakaian adat asli bali, ada hadrah dengan pakaian putih berkopiah hitam celana hitam berkacamata, bergaya pencak, ada jajan bantal dan masih buanyak lagi lainnya
eh sobat ... di desa pegayaman ada sebuah air terjun yang ketinggiannya dan view-nya lebih eksait dari pada air terjun gitgit yang lokasinya hanya -+ 1 km dari pegayaman ke arah selatan.
tiap hari mereka ngaji kitab perukunan (buku yang membahas bab rukun ibadah), kitab tajul muluk, kitab perhiasan bagus dan kitab-kitab lainnya.
di sisi yang lain, di tahun sebelum 1994 umat pegayaman, kalo ada orang kampung lainnya yang lewat dan membawa anjing ato babi, bila si anjing atau si babi dibiarkan bebas (tidak diikat) maka anak-anak kecil mereka bersiap dengan batu untuk melempari si anjing dan si babi dengan perkataan cepat bawa keluar dari desa kami, mereka itu najis dan haram ...
gaya pacaran asli mereka adalah pada malam hari di atas jam 21.00 - 03.30. si cowok apel ke rumah cewek, namun tidak berjumpa dan tidak bertatap muka. melalui daun jendela yang tertutup mereka ngobrok asik sampe pagi, si cowok ngobrol dengan kerudungan sarung karena kedinginan, biasanya sambil merokok
tanggal 1 juli 1990 aku mulai kegiatan ber pesantren ria di desa pegayaman ini. pastilah pro dan kontra terjadi, yang agak risi adalah ketika ada tonjokan pertanyaan sampeyan ini ahlus sunnah atau muhammadiyah? kami ini soalnya ahlus sunnah wal jamaah ... mangsud mereka adalah mereka ini pengikut organisasi NU atau nahdliyyiin ... hihiihihihii hiks ... aku cuma menjawab saya tidak tahu muhammadiyah tapi saya juga ahlus sunnah tapi bukan NU ... mereka jadi tambah puyeng ...
kewajiban menunaikan doa qunut, awalnya begitu kuat pemahaman ini, namun sutkur alhamdulillah akhirnya mereka yang begitu mulai terbuka tatkala semakin kita bukakan kitab-kitab fiqih dan kita perlihatkan dunia luar, yang berbeda
murid alias santri yang ada pada waktu itu hanya 9 anak dan tanpa backing dana, kami hanya berjalan secara pasrah dan tidak berfirkir kalii ... soalnya dengan beberapa rekan guru seperti sahabat tercinta (alm) Ustadz Badrul Iman (beliau ini faqih, sederhana, pekerja keras, ramah ... pokoknya baik dach), ustadzah Usnawan yang sampai sekarang masih turut berjuang, lalu ada ustadzah nur laila, ustadzah rohmi aminah, ustadzah hairun nada, ustadz nur kholiq, ustadz agam indrapura, ...
murid atau santripun meningkat tajam. dari 9 anak, tahun berikutnya menjadi 174 santri papi, lalu tahun berikut kita press menjadi 75 santri yang solid
tiap hari berbahasa arab dan inggris sebisa-bisanya. Tahun berikutnya ikut seleksi tilawail qur'an tingkat propinsi dan menjadi juara harapan satu, karena hanya belajar dalam waktu 3 minggu saja hihihi
tiap tahun kami diundang panitia perlombaan tari kontemporer di tingkat kabupaten dan propinsi, di setiap penghujung tahun selama -+ 4 tahun hotel Grand Hyatt Nusa Dua Bali selalu mengundang untuk peringatan menyambut tahun baru
kita buka lembaga pendidikan dari Taman Al Qur'an di tingkat TK, madrasah diniyah awaliyah, diniyah wustho dan MTs Terbuka sesuai program dari Depag pusat, sampai sekarang berjalan baik ... alhamdulillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar